4 Contoh Studi Kasus PPG 2025: Masalah Media, LKPD, Strategi dan Penilaian

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

4 Contoh Studi Kasus PPG 2025: Masalah Media, LKPD, Strategi dan Penilaian

Contoh Studi Kasus PPG 2025 SD: Masalah Media, LKPD, Strategi Pembelajaran, dan Penilaian

Masalah 1: Penggunaan Media Pembelajaran

Sebagai seorang guru SD, pengalaman menghadapi kendala dalam penggunaan media pembelajaran sering kali terjadi. Saat mengajar kelas rendah, seperti kelas 2 SD, materi yang disampaikan seringkali kurang menarik karena hanya menggunakan metode ceramah tanpa dukungan media konkret. Media yang digunakan biasanya hanya berupa gambar tempel atau buku paket yang monoton. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik, mudah bosan, dan tidak antusias mengikuti pembelajaran.

Masalah ini semakin jelas ketika mengajar materi tentang lingkungan sekitar, di mana anak-anak seharusnya lebih mudah memahami melalui media nyata atau konkret. Untuk mengatasi hal ini, guru mulai mencari referensi melalui internet, mengikuti pelatihan pembuatan media sederhana, dan berdiskusi dengan rekan sejawat. Dengan bantuan barang bekas dan benda di sekitar sekolah, guru membuat media seperti miniatur rumah, pohon, jalan, dan pasar dari kardus dan plastik bekas. Selain itu, guru juga memanfaatkan video pembelajaran sederhana yang relevan dengan materi.

Hasil dari perubahan ini sangat terasa. Anak-anak lebih antusias belajar karena media yang digunakan lebih konkret dan menyenangkan. Mereka lebih aktif bertanya, berani berpendapat, dan lebih mudah memahami materi karena ada media visual yang mendukung. Selain itu, media yang dibuat dari barang bekas juga mengajarkan siswa pentingnya menjaga lingkungan.

Pengalaman ini mengajarkan guru bahwa media pembelajaran yang baik tidak harus mahal, tetapi bisa dibuat dari bahan sederhana asal relevan dan menarik bagi anak. Guru juga belajar bahwa media yang melibatkan siswa dalam proses pembuatannya dapat menumbuhkan rasa memiliki, tanggung jawab, dan kreativitas mereka.

Masalah 2: Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Masalah lain yang sering dialami adalah dalam penggunaan LKPD. Dulu, guru sering menggunakan LKPD yang diambil dari buku paket atau penerbit tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. LKPD tersebut cenderung bersifat tekstual, monoton, dan kurang memberikan ruang eksplorasi bagi anak. Banyak siswa merasa bosan dan kesulitan memahami instruksi karena terlalu panjang atau menggunakan bahasa yang sulit dipahami.

Untuk mengatasi masalah ini, guru berupaya memperbaiki kualitas LKPD. Siswa diajarkan untuk membuat LKPD yang lebih sederhana, jelas, dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa SD. Tambahkan unsur gambar, tabel, peta konsep, dan aktivitas yang mengajak siswa berpikir, berdiskusi, dan memecahkan masalah secara kelompok. LKPD juga dibuat lebih bervariasi, seperti berbasis proyek kecil, eksperimen sederhana, atau observasi lingkungan sekitar. Selain itu, guru mulai membuat LKPD digital yang bisa diakses siswa melalui gawai.

Hasilnya, siswa lebih antusias mengerjakan LKPD karena tampilannya lebih menarik dan kegiatannya lebih menantang. Mereka tidak hanya mengisi jawaban, tetapi juga diajak berpikir, berdiskusi, membuat karya, dan mempresentasikan hasil. Keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa meningkat. Selain itu, LKPD yang lebih interaktif membuat siswa lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. Orang tua pun lebih mudah mendampingi anak belajar di rumah karena instruksi lebih jelas.

Dari pengalaman ini, guru belajar pentingnya membuat LKPD yang berkualitas, menarik, dan sesuai karakteristik siswa. LKPD bukan sekadar lembar soal, tetapi media yang mendukung pembelajaran bermakna. Guru menjadi lebih kreatif, teliti, dan inovatif dalam menyusun bahan ajar.

Masalah 3: Strategi Pembelajaran

Masalah selanjutnya yang dihadapi adalah dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran. Dulu, guru sering terjebak dalam metode ceramah atau tanya jawab konvensional yang monoton. Kurang memvariasikan strategi sesuai karakter siswa yang berbeda-beda. Akibatnya, siswa cepat bosan, kurang aktif, dan hasil belajar kurang maksimal.

Untuk mengatasi ini, guru mulai mempelajari berbagai metode pembelajaran aktif seperti Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), Discovery Learning, dan pembelajaran berbasis permainan. Guru mengikuti pelatihan, bergabung dalam komunitas belajar, dan berdiskusi dengan rekan sejawat. Metode-metode tersebut dicoba sesuai materi dan kebutuhan siswa. Misalnya, saat mengajar tema lingkungan, guru mengajak siswa melakukan proyek sederhana membuat taman kecil di sekolah. Untuk materi matematika, guru menggunakan permainan edukatif dan alat peraga konkret.

Hasilnya sangat positif. Suasana kelas lebih hidup, siswa lebih semangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Mereka lebih mudah memahami materi karena diajak mengalami langsung proses pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas siswa juga meningkat. Guru merasa lebih mudah mengelola kelas karena siswa lebih fokus dan termotivasi.

Pengalaman ini membuka mata guru bahwa strategi pembelajaran yang variatif dan aktif sangat penting untuk memotivasi siswa belajar. Guru menjadi lebih kreatif, berani mencoba hal baru, dan lebih memahami karakter siswa. Ini menjadi bekal penting untuk meningkatkan kualitas sebagai guru profesional.

Masalah 4: Penilaian

Masalah terakhir yang dihadapi adalah terkait penilaian. Dulu, guru cenderung hanya menilai dari hasil tes tertulis atau tugas yang dikerjakan siswa. Jarang melakukan penilaian proses atau sikap selama pembelajaran. Akibatnya, guru kurang memiliki gambaran utuh tentang perkembangan siswa, terutama dalam aspek keterampilan, sikap, dan proses belajarnya.

Untuk memperbaiki hal ini, guru mempelajari lebih dalam tentang penilaian autentik yang menilai aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara menyeluruh. Teknik penilaian seperti observasi, catatan anekdot, penilaian proyek, portofolio, jurnal harian, dan tes lisan diterapkan. Rubrik penilaian yang lebih jelas dan objektif dibuat. Guru juga rutin melakukan refleksi pembelajaran bersama siswa, memberikan umpan balik positif, dan melibatkan orang tua dalam mengetahui perkembangan anak.

Hasilnya, guru lebih memahami perkembangan tiap siswa secara komprehensif. Layanan pembelajaran lebih tepat sasaran. Siswa merasa dihargai karena proses mereka dinilai, bukan hanya hasil akhir. Orang tua juga lebih percaya karena perkembangan anak lebih terpantau. Penilaian yang dilakukan lebih terstruktur, terukur, dan akuntabel, memudahkan penyusunan laporan perkembangan siswa.

Dari pengalaman ini, guru semakin memahami bahwa penilaian adalah bagian penting dari proses pembelajaran, bukan sekadar administrasi. Guru menjadi lebih teliti, adil, dan objektif dalam menilai. Penilaian harus memotret perkembangan siswa secara utuh. Ke depan, guru akan terus memperbaiki diri agar penilaian yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan siswa.