
Masalah Pendidikan di Kabupaten Garut Menjadi Perhatian Serius
Kondisi pendidikan di Kabupaten Garut kini menjadi perhatian utama setelah berbagai isu serius muncul dan menghambat perkembangan sektor ini. Hal ini disampaikan oleh Bupati Garut Abdusy Syakur Amin dalam arahannya kepada para koordinator wilayah kecamatan bidang pendidikan serta pegawai Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut. Ia secara terbuka menyatakan bahwa saat ini pendidikan di Garut sedang berada dalam kondisi yang tidak ideal, dan perlu adanya upaya bersama untuk mengejar ketertinggalan.
Salah satu masalah yang diperhatikan adalah minimnya ruang kelas baru (RKB) yang tersedia. Selain itu, angka indeks pembangunan manusia (IPM) bidang pendidikan juga masih rendah. IPM pendidikan Garut hanya mencapai 69,9, jauh di bawah rata-rata Jawa Barat yang mencapai 74,92. Angka ini membuat Garut berada di posisi ke-26 dari 27 kabupaten/kota di provinsi tersebut.
Selain IPM, ada beberapa indikator lain yang menunjukkan kondisi pendidikan yang kurang memadai. Rata-rata lama sekolah (RLS) di Garut tercatat hanya 7,85 tahun, sementara harapan lama sekolah (HLS) hanya 12,17 tahun. Keduanya berada di bawah rata-rata Jawa Barat yang masing-masing mencapai 8,87 tahun dan 12,80 tahun.
Kualitas Tenaga Pengajar yang Masih Memerlukan Perbaikan
Masalah lain yang muncul adalah kualitas tenaga pengajar. Data dari Dinas Pendidikan menyebutkan bahwa sebagian besar guru pendidikan anak usia dini (PAUD) di Garut, yaitu sekitar 92%, belum memiliki sertifikasi. Sementara itu, untuk jenjang SD dan SMP, angka guru yang belum bersertifikat masing-masing mencapai 38,15% dan 45,6%.
Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, pihak Disdik telah merancang beberapa langkah strategis. Target IPM pada tahun 2029 ditetapkan sebesar 73,68, dengan peningkatan RLS dan HLS serta angka partisipasi sekolah (APS) yang meningkat hingga 100% untuk SD dan 96,35% untuk SMP. Untuk mencapai target tersebut, telah disusun enam program, delapan belas kegiatan, dan sembilan puluh enam subkegiatan. Program-program ini mencakup pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi pendidik, serta peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Kolaborasi sebagai Kunci Keberhasilan
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Garut, Asep Wawan, pencapaian target tersebut hanya mungkin dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, satuan pendidikan, dan masyarakat. Ia optimistis bahwa dengan kerja keras dan komitmen bersama, mutu pendidikan di Kabupaten Garut dapat terus ditingkatkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pembenahan tata kelola lembaga pendidikan nonformal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Dugaan lemahnya legalitas operasional PKBM di Garut juga menjadi perhatian serius. Hingga 90% PKBM di wilayah ini tidak terakreditasi dan diduga fiktif. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat pengawasan dan tata kelola lembaga-lembaga tersebut secara profesional.
Dengan upaya bersama dan rencana strategis yang matang, diharapkan pendidikan di Kabupaten Garut bisa segera bangkit dan memberikan hasil yang lebih baik bagi masyarakat.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!