Ketua Dewan Pendidikan Diduga Sebabkan Keracunan Massal di Semarang

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Ketua Dewan Pendidikan Diduga Sebabkan Keracunan Massal di Semarang

Kecurigaan Terhadap Menu MBG yang Menyebabkan Keracunan Siswa

Pada siang hari, Selasa (30/9/2025), Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono sedang berada di SDN Ungaran 01, Jalan Diponegoro, Ungaran Barat. Meskipun bukan dalam rangka kunjungan resmi, kejadian yang terjadi di sekolah tersebut membuatnya harus segera bertindak.

Sekitar 20 siswa mengalami gejala serupa setelah mengonsumsi menu MBG, seperti mual, pusing, dan muntah-muntah. Dua di antaranya harus dirawat inap di RSUD Ungaran, sementara satu siswa lainnya dibawa ke RS Hermina Semarang. Joko langsung melakukan pengecekan terhadap sisa makanan yang tersisa di teras sekolah.

Dari hasil pemeriksaan, ditemukan bahwa nasi, daging sapi, tahu bulat, pokcoy, irisan timun, dan puding masih terlihat normal. Namun, satu wadah puding tampak tidak layak konsumsi. Joko mengangkat wadah puding hijau itu dan mencium aromanya, yang sudah berubah menjadi asam. Ia juga menyentuh teksturnya yang encer dan menunjukkan adanya busa.

Menurut Joko, prosedur pengolahan puding ini tidak sesuai dengan standar keamanan. Puding seharusnya disimpan dalam suhu dingin agar tidak cepat rusak. Namun, kondisi puding yang ditemukan menunjukkan bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Ia juga memperhatikan bahwa pengolahan dalam skala besar tanpa pengawasan ketat bisa memicu risiko seperti ini.

Joko menjelaskan bahwa dalam pembuatan makanan dalam jumlah besar, waktu penyajian sangat krusial. Jika produksi mencapai 3.000 porsi, maka persiapan harus dimulai dari jam 01.00 dini hari. Jika tidak, makanan bisa saja basi saat dikirimkan pada pagi hari, terutama jika suhunya tidak terjaga.

Ia menyarankan agar jumlah porsi yang diproduksi dikurangi, sehingga waktu memasak tidak terlalu lama. Hal ini akan membantu menjaga kualitas makanan dan mengurangi risiko keracunan.

Situasi Darurat di Sekolah

Peristiwa ini bermula dari suasana biasa di pagi hari. Makanan MBG datang sekitar pukul 09.00 WIB dan dibagikan kepada para siswa. Tidak lama kemudian, beberapa siswa mulai merasa tidak enak badan. Ada yang muntah di dekat koperasi, dan ada pula yang lemas di ruang UKS.

Dalam waktu singkat, petugas medis tiba menggunakan ambulans. Selain itu, petugas medis, polisi, hingga TNI juga turun ke lokasi. Para siswa yang tidak terkena dampak berdiri cemas di halaman sekolah, menyaksikan teman-temannya ditandu masuk ke ambulans.

Di antara orang tua yang panik, Krisna Bramantyo Aji, seorang advokat dan orang tua murid, menceritakan pengalaman anaknya yang baru duduk di kelas 2. Anaknya muntah tiga kali sebelum akhirnya dirawat. "Anak saya muntah dua kali di koperasi, sekali lagi di UKS. Langsung dibawa ke RSUD karena dehidrasi," ujar Krisna.

Penyelidikan Masih Berlangsung

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Dwi Syaiful Noor Hidayat, menyatakan bahwa seluruh siswa yang sempat dirawat kini sudah pulang ke rumah. Meski begitu, penyelidikan masih berlangsung. Sampel makanan telah dikirim ke laboratorium untuk dianalisis, dan hasilnya akan diperoleh dalam lima hari ke depan.

Puding menjadi fokus utama penyelidikan. Tekstur yang encer dan aroma yang berubah menjadi indikator awal adanya masalah. Pihak penyedia MBG diketahui berasal dari wilayah Sidomulyo, Ungaran Timur.

Selain SDN Ungaran 01, beberapa sekolah lain disebut terdampak, namun Dinas Kesehatan menyebut gejala di tempat lain lebih bersifat psikologis akibat pemberitaan.