
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Mengungkap Alasan Sekolah Mewajibkan Siswa Ikut TKA
Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang dijadwalkan digelar mulai Oktober 2025 sebagai bagian dari Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2026, menjadi topik yang menarik perhatian. Meskipun TKA bukanlah ujian wajib bagi siswa, beberapa sekolah justru memaksa siswanya untuk mengikutinya. Hal ini menimbulkan berbagai tanggapan dari para orang tua dan siswa.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Asesmen Pendidikan Kemendikdasmen, Rahmawati, TKA sebenarnya tidak bersifat wajib. Namun, ia menyatakan bahwa pihak sekolah memiliki alasan tersendiri untuk mendorong siswanya agar mengikuti tes tersebut. "Jadi kalau ada kepala sekolah yang kemudian seperti tanda kutip mewajibkan atau sangat mendorong, rasa-rasanya ini karena kepala sekolah juga mungkin ingin tahu apakah secara objektif yang sudah diajarkan oleh guru-guru," katanya.
Rahmawati menjelaskan bahwa TKA bertujuan sebagai alat validasi nilai rapor yang diberikan sekolah sekaligus menjadi tolok ukur objektif kemampuan akademik siswa. Ia menegaskan bahwa meskipun TKA tidak wajib, pihaknya sangat mendorong siswa untuk mengikuti tes tersebut karena manfaatnya cukup besar dalam mengukur kemampuan akademik individu.
Persiapan Ujian Terlalu Singkat
Beberapa siswa merasa persiapan untuk TKA terlalu singkat. Salah satu contohnya adalah Lusi, ibu dari seorang siswa kelas 12 SMA swasta di Jakarta Selatan. Ia mengaku anaknya diwajibkan ikut TKA oleh sekolah. Meski demikian, Lusi tidak keberatan karena merasa hasil TKA akan bermanfaat.
Lusi juga mengatakan bahwa tidak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh keluarga. Pihak sekolah yang akan melakukan persiapan seperti latihan-latihan soal. "Enggak sih (tidak ada persiapan khusus). Dari sekolah katanya akan ada pengayaan kayak latihan-latihan soal," ujarnya.
Sementara itu, Meilia, seorang siswa SMA negeri, juga dianjurkan untuk ikut TKA oleh pihak sekolah. Anjuran tersebut membuat seluruh siswa kelas 12 di sekolahnya memutuskan untuk mengikuti tes tersebut. Meilia mengatakan bahwa pihak sekolah menggunakan narasi bahwa TKA memiliki banyak manfaat dan tidak akan merugikan siswa.
Namun, Meilia merasa bahwa keputusan untuk ikut TKA terkesan terburu-buru dan mengacaukan jadwal belajar persiapan masuk perguruan tinggi. "Terus kita secara keseluruhan belum siap untuk TKA ini. Jadi daripada keberatan lebih ke malu sih," katanya.
Meilia juga mengungkapkan bahwa jadwal belajar yang telah diatur menjadi berantakan karena adanya TKA. Materi-materi yang seharusnya diperoleh dari kelas 12 justru harus diulang dari kelas 10 untuk persiapan TKA. "Jadi jadwal belajar yang udah diatur malah jadi berantakan gara-gara TKA ini. Terus materi-materinya juga jadinya yang harusnya kita dapetin materi kelas 12, justru kita malah harus ngulang materi dari kelas 10 buat persiapan TKA ini," ujarnya.
Alasan Sekolah Mewajibkan Siswa Ikut TKA
Banyak sekolah yang mewajibkan siswanya mengikuti TKA karena mereka ingin mengetahui kemampuan siswanya secara objektif. Meskipun TKA bukanlah ujian wajib, pihak sekolah melihatnya sebagai alat validasi yang penting. "Di sini konteksnya adalah ini tidak wajib sih (TKA), tapi ini objektif alat ukurnya. Sudah belajar sekian tahun, tidak ingin tahu capaian akademiknya sudah sampai di mana," ujar Rahmawati.
Selain itu, pihak sekolah juga khawatir jika ada siswa yang tidak mengikuti TKA. Mereka takut akan kerepotan dalam mengurus siswa yang ikut dan tidak ikut. Oleh karena itu, banyak sekolah memilih untuk mewajibkan siswanya mengikuti TKA agar semua siswa memiliki data yang sama.
Meskipun ada berbagai pro dan kontra terkait TKA, pihak Kemendikdasmen tetap mendorong siswa untuk mengikuti tes tersebut. Mereka percaya bahwa TKA memberikan manfaat besar dalam mengukur kemampuan akademik siswa.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!