
Penerapan CASEL dalam Pembelajaran Sosial Emosional di Kelas
Penerapan Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) dalam pembelajaran sosial emosional menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan oleh guru. Dalam konteks pembelajaran mandiri PPG Guru Tertentu 2025 Tahap 3, guru dituntut untuk memahami dan menerapkan konsep ini secara efektif agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih manusiawi dan berkelanjutan.
Membangun Koneksi Emosional dan Sosial
Salah satu contoh penerapan CASEL adalah dengan membangun koneksi emosional dan sosial antara guru dan siswa. Dalam hal ini, proses belajar tidak hanya terfokus pada penyampaian materi, tetapi juga bagaimana siswa merasa nyaman dan didukung dalam lingkungan kelas. Misalnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat menggunakan kegiatan menulis narasi pribadi sebagai cara bagi siswa untuk mengungkapkan perasaan mereka. Selain itu, saat membahas teks cerita, siswa diajak untuk menganalisis karakter tokoh dari sudut pandang empati, kemampuan mengambil keputusan, dan kesadaran sosial. Aktivitas diskusi kelompok juga dapat dilakukan untuk melatih keterampilan komunikasi dan kerja sama antar siswa.
Dengan pendekatan ini, siswa lebih aktif terlibat dalam proses belajar dan merasa aman secara emosional. Mereka mulai berani menyampaikan pendapat, menghargai perbedaan, serta saling mendukung satu sama lain. Bagi guru, penerapan CASEL bukan sekadar aktivitas tambahan, tetapi bagian penting yang terintegrasi dalam setiap langkah pembelajaran. Lingkungan belajar menjadi lebih hidup dan manusiawi, sekaligus membentuk karakter siswa secara utuh.
Mengintegrasikan Kesadaran Diri dan Empati
Penerapan CASEL juga bisa dilakukan dengan memulai pembelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengajak siswa untuk memahami perasaan mereka sendiri. Misalnya, guru bisa bertanya, "Bagaimana perasaan anak-anak hari ini?" atau meminta siswa menulis jurnal singkat tentang perasaan mereka sebelum dan sesudah pembelajaran. Hal ini membantu siswa meningkatkan kesadaran diri dan memahami perasaan orang lain, terutama dalam situasi sulit.
Selain itu, guru juga bisa mengajak siswa berdiskusi tentang bagaimana memahami perasaan orang lain. Aktivitas seperti simulasi empati atau berbagi peran bisa dilakukan untuk melatih siswa dalam memahami perspektif orang lain. Dalam konteks pembelajaran, siswa juga diajak untuk mengangkat isu-isu sosial yang relevan dan berpikir kritis dengan empati. Hal ini membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis sekaligus empati terhadap sesama.
Integrasi yang Alami dalam Proses Pembelajaran
Menurut pandangan tertentu, penerapan CASEL dalam pembelajaran sosial emosional di kelas adalah integrasi yang mulus dan alami antara pengembangan kompetensi sosial-emosional dengan proses pembelajaran akademik. Ini bukan sekadar tambahan atau mata pelajaran terpisah, melainkan pendekatan menyeluruh yang mewarnai setiap interaksi dan aktivitas di kelas.
Contohnya, setiap pagi, kelas bisa dimulai dengan "Lingkaran Emosi" atau "Termometer Perasaan." Siswa berbagi satu kata atau simbol tentang bagaimana perasaan mereka hari itu dan mengapa. Aktivitas ini membantu siswa mengenali emosi sendiri (kesadaran diri) dan memahami perasaan teman (kesadaran sosial). Guru juga bisa berbagi perasaannya untuk memberikan teladan.
Dalam mata pelajaran seperti Matematika, siswa bisa belajar berkomunikasi ide, mendengarkan perspektif teman, dan bekerja sama untuk mencapai solusi. Guru bisa meminta siswa merefleksikan proses kerja sama mereka. Dengan demikian, kelas menjadi lebih dari sekadar tempat belajar materi pelajaran; ia menjadi laboratorium hidup di mana siswa tidak hanya tumbuh secara intelektual, tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional dan sosial yang akan membekali mereka untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan.


Komentar
Tuliskan Komentar Anda!